Jumat, 22 Februari 2008

Live Fast Slowly


















Salah satu merk pakaian ternama di dunia, DIESEL kembali dengan kampanye barunya di awal tahun 2008. Setelah tahun lalu menggebrak dengan tema 'Global Warming Ready' dan 'Human Afterall' kampanye merk berslogan 'Sucessfull Living' ini mengusung tema 'Live fast'. Jika dilihat dari tampilan kampanye di media cetak yang sudah-sudah, DIESEL memang dengan cerdiknya membawa isu yang terkait erat dengan kehidupan manusia modern terutama di perkotaan. Dalam kampanye 'global warming ready'-nya, DIESEL memotret seseorang yang terselamatkan dari keadaan yang mengenaskan akibat pemanasan global. Kedaan itu divisualisasikan dalam kejanggalan yang terjadi di kota-kota seperti london atau paris. Yang pada saat itu, filmnya Al gore belum sepopuler sekarang dan perusahaan pengeksploitasi manusia maupun alam belum gencar dengan CSRnya. Begitu pula dengan merk2 fashion lain yang belum tergerak untuk sok-sokan cinta lingkungan dengan bahan ecofriendly dan gerakan amal lain.
Kemudian kampanye “Human after all” yang mengangkat isu “Technological determinism” secanggih2nya teknologi yang kita buat dan gunakan, we’re human afterall. Dengan mobil secanggih itu (sampe melayang gitu mobilnya) tetep aja yang namanya teknnologi ya teknologi bisa berbuat lebih tapi ada limitnya dan apesnya. Kalau kita sadar nih, teknologi lebih sering eror ketika kita benar2 bergantung padanya dan sangat membutuhkannya pada saat2 penting. Sedikit berbagi pengalaman nih…saya mau presentasi kampanye untuk satu tugas mata kuliah yang penting dan harapan saya hanya terletak di flash disk 1 gb saya dan komputer yang tersedia di ruangan itu. Dengan cantiknya power point sudah dibuat dan sudah berlatih, ternyata ketika tiba giliran saya presentasi, flashdisk saya yang sudah dicolok di komputer tersebut langsung terinfeksi virus dari komputer tsb. Dan Abrakadabra…..harapan saya hangus begitu saja seiring dengan virus yang menggerogoti data2 saya dalam sekejap! Boro2 presentasi dengan power point yang sudah animated, manual aja dulu,,,,,huhuhu…dari situ saya belajar untuk tidak segitunya bergantung pada teknologi. Tentu saja kampanye “human afterall” begitu menyentil saya (atau mungkin anda juga?). Dan sekali lagi, kampanye barunya begitu menggugah pikiran untuk kembali diresapi dan instropeksi (jaaahhh…)
Dengan tema “Live Fast” saya kembali berefleksi pada kehidupan modern yang memang berjalan dengan serba cepat. Makan cepat karena jam kerja akan berkurang jika kita terlambat dan itu berarti hitungan per jam kita menjadi tidak efektif, potong gaji pula konsekuensinya. Hahaha….
Kenapa “Live Fast” ??? Kalau menurut saya, itu bersumber dari pedoman “Time is Money”. Btw, siapa sih yang bikin pedoman itu? It’s arbitary anyway, jadi nggak keusut siapa pencetusnya. Kalau waktu adalah pedang sih saya percaya tapi uang??? Lepas dari siapa yang melontarkan untuk pertama kalinya, saya rasa kalimat itu erat kaitannya dengan kapitalisme. Ketika majikan memperkerjakan buruhnya dengan menetapkan tarif pada hitungan waktu tertentu di situlah kemudian waktu berubah menjadi uang. Lihat anak kecil yang bermain sesuka hati, yang hanya tahu pagi, siang, dan malam. Kalau pagi ada dora, siang waktunya tidur, malam nonton tv lagi, jadi dia tidak menganggap kalau waktu itu tidak berkorelasi dengan uang. Namun coba tengok pekerja kantoran, walaupun mereka digaji perbulan, hitungannya tetap diawalai dari per jam kemudian diakumulasikan dalam hitungan hari, bulan, dst. Serupa dengan karyawan, buruh pabrik harus lembur untuk kecukupan hidup mereka, tambahan jam kerja berarti tambahan pemasukan. Semua orang berlomba-lomba untuk menjadi yang tercepat, karena siapa yang paling cepat, dia yang dapat. Dengan dasar waktu harus efektif maka apartemen harga miliyaran di pusat kota pun laku bak kacang goreng. Kembali pada pilihan transportasi atau residensi, ongkos transportasi mahal karena rumah di pinggiran lebih murah. Begitu pun sebaliknya tempat tinggal mahalnya selangit tapi ke kantor tinggal nyebrang. Pilih mana???
Ujung-ujungnya duit, lagi-lagi uang. Semua di reduksi menjadi uang, ada waktu, cinta, persahabatan, hingga tuhan. Hubungannya menjadi lebih fungsional. Kejam? Sudah pasti, siapa yang bisa bertahan dialah yang menang. Lihat saja di kampanye DIESEL ini, perempuan yang terburu-buru, pekerja yang harus tepat waktu, dan tentu saja dengan balutan style modern urban khas DIESEL.
Jadi apa yang sebenarnya ingin dikemukakan DIESEL? Sebagai manusia modern, kita memiliki banyak kontradiksi. Ada harga yang harus dibayar dari modernisasi. Anyway, saya memakai produk DIESEL juga sih,,,hehhee,,,Ummm…bagaimana kalau ganti pedoman menjadi Slowly but Sure, Alon-alon asal kelakon?hahaha…..

Be Slow, Be Low, Let it Flow….

0 comments:

 
design by suckmylolly.com