Senin, 20 Agustus 2012

Ada Sastra dalam Keluarga




Catatan untuk Kakek Oes


Sekitar dua minggu yang lalu, ada kabar duka yang hadir di tengah keluarga pada bulan puasa. Saudara dari keluarga besar papa ada yang meninggal. Beliau adalah Kakek Oes, suami dari Mama Ena, saudara dari papa yang pernah merawat papa waktu kecil. Saya memang bukan tipikal 'Family Woman', saya termasuk jarang tampil dalam acara dan kunjungan keluarga. Saya secara pribadi tidak mengenal dekat Kakek Oes meskipun keluarga saya sering berkunjung ke rumahnya. Saya lebih mengenal anaknya Kak Keny misalnya atau Mama Ena. Ditambah dengan faktor kesehatan Kakek Oes yang sudah tidak sebaik dulu. Kakek Oes memang sudah lama sakit karena usia dan komplikasi penyakitnya semakin memburuk dari waktu ke waktu. 

Lepas dari dekat atau tidaknya relasi saya dengan Kakek Oes, saya selalu senang mengunjungi rumah beliau sekeluarga di daerah Sawangan. Karena di sana ada rak-rak buku yang menjadi perpustakaan Kakek Oes. Isi raknya sudah lama membuat saya jatuh cinta. Pertama kali membaca biografi Tan Malaka karya Poeze adalah pengalaman menakjubkan hasil dari koleksi buku Kakek Oes. Setiap ke rumahnya saya pasti 'ngejogrog' di depan rak, mengorek-ngorek susunan buku, melihat judulnya, mencari buku sampai tulang leher pegal, kemudian kalau ada yang menarik langsung saya baca di tempat. Saya pernah bertanya ke papa, apa profesi Kakek Oes sebelumnya dan papa hanya menjawab bahwa beliau adalah seorang wartawan senior. Jawaban yang memang menjawab pertanyaan saya kenapa koleksi bukunya sekeren itu, tapi sebenarnya jawabannya terlalu singkat dan masih menyisakan rasa penasaran. 

Sore tadi saya sekeluarga berkunjung ke rumah Sawangan dengan niat silaturahmi lebaran. Mengingat sepeninggal Kakek Oes tentu rumah Sawangan jadi lebih sepi, keluarga saya berniat menemani istri dan anak-anaknya di hari lebaran. Mengulang kebiasaan saya sebelumnya, setelah berbincang-bincang, saya langsung nangkring di depan rak. Kal ini saya lebih 'berani' dalam mengambil buku-buku, dengan harapan siapa tahu saya bisa mendapat hibah. Ternyata Mama Ena langsung menawarkan ke saya untuk membawa buku yang saya suka. Praktis begitu lampu hijau dinyatakan oleh Mama Ena, saya kalap untuk ambil buku ini dan itu. Kemudian saya perlihatkan buku-buku yang ingin saya bawa pulang. Mama Ena langsung mengambil buku "Angkatan 66" kompilasi buatan HB Jassin yang berisi pusi dan prosa penanda zaman tersebut. Mama Ena langsung bilang kalau di dalam buku ini puisi-puisi karya kakek Oes dimuat. Saya langsung terkejut. "Hah??? Ada sastrawan di keluarga ini dan gue baru tahu??? Dosa besar lo fra!"






Kita langsung cari di daftar isi nama Kakek Oes (saya baru tahu nama lengkap dan nama pena beliau) yang tertera di situ adalah "Indonesia O'Galelano". Saya langsung membaca puisi-puisi beliau yang khas Angkatan '66. Ternyata Kakek saya seangkatan Ramadhan K.H. AA Navis and the gank. ckckckck… Angkatan pasca 45 ini adalah para sastrawan yang meramaikan masa kejayaan majalah Horison dan majalah-majalah kebudayaan lainnya. Ciri khasnya biasanya temanya berlandaskan pancasila dan pada waktu itu diidentikkan dengan Geng Manikebu (Manifes Kebudayaan) yang sering dipertentangkan dengan Geng Lekra. Kalau melihat lagi latar belakang Kakek Oes yang memang serumpun dengan Kakek saya, beliau adalah muslim yang aktif berorganisasi dan memunculkan unsur-unsur islami dan ketuhanan dalam karyanya. Kakek Oes dulu pengurus Badan Musyawarah Islam dan Pusat Himpunan Seni-Budaya Islam. Beliau juga pernah menjadi wartawan harian Pelita. Wajar kalau beliau dekat dikelompokkan dalam angkatan '66, yang memang cenderung menentang ide-ide komunisme yang diusung Lekra. 

Puisi-puisi karya Kakek Oes rata-rata cukup panjang dan temanya biasanya seputar tanah kelahirannya kepulauan Halmahera, Islam atau Tuhan, dan percintaan. Berikut untuk mengenang Kakek Oes dengan nama pena Indonesia O'Galelano, saya sertakan puisi beliau yang jadi favorit saya. Saya akan mengabadikan nama beliau yang makin tergerus dengan sistem pendidikan Indonesia yang kurang menghargai apresiasi sastra ini dengan berbagai cara. Semoga Kakek Oes damai di sisi-Nya…


Diambil dari http://www.puisi.web.id/index/6/0/0/211
Berceritalah Padaku, Ya Malam 
oleh: Indonesia O'Galelano 

Berceritalah padaku, ya malam
bisikkan sedanmu dalam tingkah gerimismu.
Kunantikan di sini, daku setia menunggumu,
hingga kutahu rahsia wajahmu yang kelam.
Menangislah padaku sampai langkahmu jauh melarut.
Mengaduhlah padaku bersama angin surut ke laut.

Rinduku padamu tumpas dalam relung sunyi ronggamu.
Rinduku padamu adalah cinta menjulang langit kelabu.
Kekelaman apakah yang kan kausampaikan,
rahsia siapa yang lama sembunyi kausimpan.
Terasa dukakulah yang sarat kaukandung,
sebab sunyi heningmulah yang lena kusanjung.

Malam yang kekal berahsia,
bukankah padaku segala mimpi.
Malam yang larut oleh derita,
menghampirlah padaku tanpa gelisah sangsi.
Mengapa gelisahmu menyiksa cengkerik dan unggas,
mengapa lagumu tersendat dalam kehendak bebas.

Tak kutahu kapan angin yang lewat kan menengokku
dalam perjalanan singkat menyiulkan lagu sedih.
Adakah bintang—bintang yang berkelipan tahu
akan nasib dunia yang dingin dan tua.
Sekarang kudengar ciap kecil anak—anak burung,
di sini berkisah bumi dan bulan dalam khayal agung,

Berceritalah padaku, ya malam, berceritalah.
Datanglah padaku, bisikkan sebuah kisah
tentang cinta yang kan kusimpan sebelum tidur,
tentang manusia yang lelap dalam mimpi semakin kabur.

Adakah kediamanmu sungguh dalam sepi dan duka,
Adakah mam dan kakimu perkasa sepanjang masa.
Ya, malam yang anggun,
rahasiamu diam sepanjang tahun!


0 comments:

 
design by suckmylolly.com