Rabu, 11 Juni 2008

Bubarkan FPI atau Ahmadiyah?


Imagine there’s no religion…

(imagine-John Lennon)


Phiuhh…no wonder yaa John Lennon bikin lirik kaya gitu apalagi klo doi liat fenomena yang mendominasi layar kaca dan berbagai media di Indonesia akhir-akhir ini. Setelah sekian lama absen posting di blog, akhirnya saya udah gatel sekaligus gregetan untuk mencurahkan isi kepala dan pendapat tentang isu paling panas yang diawali oleh penyerangan FPI di Monas. FYI, salah satu teman saya jadi korban bahkan sampai dioperasi berkat keberingasan Laskar ‘Mengaku’ Islam. Ok… mendadak sekarang orang mulai ngomongin agama terutama islam yang dikaitkan oleh kekerasan dan Ahmadiyah yang terancam dibubarkan. Despite of those silly violence reasons, ini sih emang pengalihan isu BBM yang sebenarnya jauh lebih krusial. Lagi seru-serunya demo BBM dan nyalah-nyalahin pemerintah, ehh…muncul deh si Munarman yang ‘Sarjana Hukum’ itu. Beberapa jam yang lalu saya liat acara debat di TV one yang membahas kontroversi Ahmadiyah. Saya sedih banget liatnya, saya yang merasa islam, malu sama pembelaan orang yang Kontra Ahmadiyah di acara tersebut.

Orang-orang yang kontra Ahmadiyah dengan ‘hot’ nya ngomongin Allah, Rasulullah, Aqidah, dan banyak hal-hal yang Islam banget lainnya. Saya Salut sama wakil dari The Wahid Institute yang pro Ahmadiyah. Saya lega masih ada orang kaya dia di dunia ini. Kemudian, inilah isi kepala saya yang gregetan dengan statement ‘Ahmadiyah itu Sesat !!!’ .Duh (ala Gossip Girl)… who the hell are you? Memutuskan itu sesat ini halal, itu dosa, ini pahala. Saya aja bukan orang Amadiyah sakit Hati apalagi yang Ahmadiyah? Pertama-tama, saya yakin niat awal terciptanya konsep yang bernama ‘agama’ adalah baik. Sebagai pedoman hidup, pengatur pola perilaku, dan bagian dari membangun peradaban. Udah pasti agama tidak diciptakan untuk merendahkan satu pihak dan merendahkan pihak lainnya, untuk alat politik, untuk mengeksploitasi sesama manusia, apalagi untuk mendapatkan minyak.


Di abad 20 memang beda perangnya, sekarang jamannya fundamentalis vs non fundamentalis. Bencinya lagi nih, semua pihak berebut melakukan pembelaan atas nama agama. Yang ini bilang itu sesat, yang ini bilang itu kafir atau malah domba tersesat. And so on….nggak ada abisnya. Agama kok dijadiin pembelaan atas tindak kekerasan atau perang? Mana pake teriak-teriak “Allahu Akbar” lagii. Ckckck… taruhan deh, kalo Rasullulah masih hidup pasti dia sedih banget liat umatnya. Kok bisa ya kaya gitu? Untuk apa? Jihad? Umm…menurut saya jihad itu refer ke resistensi dan tentu bukan resistensi atas keyakinan seseorang. Kan sejarahnya Jihad itu untuk memperjuangkan islam dari dominasi yang bukan islam dan menindas bahkan melakukan tindak kekerasan ke orang Islam. Islam sendiri dulu dianggap sesat. Kalau rakyat Palestina, mereka berjihad untuk melawan kemarukan Israel that’s make sense. Tapi kalau Berjihad untuk membubarkan Ahmadiyah??? Hu uh..no…no..that’s not Jihad, frankly. Daripada beringas-beringas gitu mau bubarin Ahmadiyah ato ngancurin klub-klub malam, mendingan datengin tuh Exxon Mobil, Freeport, Newmont, ato bahkan Bakrie group untuk melawan pemerasan yang mereka udah lakuin sama negara kita. Mending juga tiru tuh Mahatma Gandhi yang against without violence.


Ada yang bilang agama itu sesat karena nggak sesuai dengan yang tertulis di kitab suci. Nggak sesuai dengan apa yang sudah diajarkan, dll. Umm…kalo mau berargumen pake kitab suci, wah udah susah tuh ngusutnya. Kitab suci kan bagian dari sejarah, yang pada jaman itu idup aja juga belum nih kita. Ada dua cara sih untuk memperkuatnya, yang pertama minjem mesin waktunya Doraemon, then we could chat with the prophets and do ‘live classification’. Yang kedua, tentu saja hanya dengan meyakini kebenaran dan keabsahannya. Cara pertama semua juga tahu itu nggak mungkin, cara kedua? That’s It! Di situlah poinnya! “yakin” hanya itulah satu2nya cara ‘meyakini sebuah kebenaran’. This is the issue of belief not what the bible said and dogma! Tuhan, agama, kitab suci, dan embel-embelnya berawal dari sebuah keyakinan.

Saya sering berimajinasi, what if I were born as a jewish?hehehe…nyatannya saya lahir dengan nama Afra Suci Ramadhan dalam keluarga islam yang religius. Saya besar dengan berbagai kegiatan ‘keagamaan’ seperti mengaji, mengkhatami Al Quran, menyambangi pengajian, berpuasa, shalat lima waktu, shalat sunnah, dan masih banyak lagi. Fortunately, hal tersebut tidak membuat saya mendefinisikan islam secara sempit apalagi fasis. Saya percaya semua orang berhak memiliki keyakinannya masing-masing. Satu-satunya yang membatasi hak manusia adalah hak orang lain. It’s not about God or any prophets, It’s about how you respect each other as a human being. Ada orang yang mengaku Islam tapi cuma sekedar identitas KTP, ada yang mengaku Haji tapi rajin poligami (pake nyontohin Rasul pula), ada yang mengaku rajin pengajian tapi kelakuan kaya setan. Orang emang aneh2 ya??hehhehe…… Malah jaman dulu pake jilbab aja dilarang di Indonesia, islam garis keras dianggap ancaman tetapi setelah penguasa rezim meanganggap agama sebagai kekuatan politik tersendiri, langsung deh semua dibuat sok Islami. (ress…. Banget…)

Apa yang coba saya katakan di sini adalah, kebenaran itu melalui perjuangan untuk menjadi ‘benar’ dan itu bukan kebenaran yang sekonyong-konyongnya muncul dan ada. Agama memang bagian dari identitas dan pelampiasan akan hasrat kesadaran kolektif tapi sungguh bukan bagian dari perilaku kekerasan dalam bentuk apapun. Coba deh kita tonton channel animal instinct pas adegan binatang2 yang berantem. Mereka aja nggak segitunya lhooo… Ahmadiyah hanya fenomena gunung ES yang berarti klo dibubarin cuma mecahin es yang diatas. Di bawahnya???ckckckck…mengerikan. Soal agama sebagai alat politik, ummm... ada satu quote “In a country with people mostly illiterate, it’s impossible to unite them with Marx and it possible only with Nationalism or Religion.” Ya klo nggak pake ganyang malaysia ya bawa2 Islam deh.


Saya percaya kalau memang surga benar adanya, pasti pelaku kekerasan atas nama agama nggak akan diizinin masuk dan menikmatinya. Ayolah… dunia ini bukan hanya milik kalian saja, bermiliyar2 manusia hidup di dalamnya. Sampai kapan mau saling membeda-bedakan dan Merasa paling benar?



-Fin-

There by The Grace of God

Listening to The Moldy Peaches and Coldplay’s Viva La Vida or Death and All of His Friends mp3 playlist

5 comments:

Anonim mengatakan...

Sepertinya kesalahan mendasar semua umat beragama di dunia adalah memahami agama dengan 'keyakinan' bukan 'kebijaksanaan' apalagi 'pemikiran cerdas'

tidak ada yang berubah dalam sejarah ini,

Galileo dihukum mati karena dianggap menyebarkan kesesatan karena mendukung teori heliosentrisnya Copernicus

Al Hallaj dihukum pancung karena memiliki pemahaman yang berbeda akan teologi Islam....

Jerusalem menjadi kota paling berdarah sepanjang sejarah karena di klaim 'suci' oleh tiga agama besar yang masing-masing merasa sebagai umat pilihan Tuhan

Umat beragama tidak pernah mau belajar dari catatan sejarah, semakin mereka menganggap diri mereka yang paling benar, ajaran mereka yang paling suci maka mereka semakin brutal terhadap orang2 diluar kelompoknya...

Tindakan itu sebenarnya didasari atas dasar cinta terhadap keyakinannya, tetapi cinta yang masih buta, cinta yang masih penuh pengharapan, cinta yang mengikat, membelenggu sehingga selalu ada rasa khawatir, was-was dan curiga serta benci... akhirnya umat beragama dengan mudah dibodohi oleh orang2 yang memiliki kepentingan politik sesaat, seperti Syekh Siti Jenar (lagi2 sejarah) dan pengikutnya yang menjadi korban legitimasi politik Demak terhadap Walisongo

Idealnya umat beragama menjalankan apa yang diyakininya secara 'cerdas', cintanya membebaskan... cinta yang sesungguhnya, melepaskan dan ikhlas, bukankah para orang suci seperti Muhammad, Jesus, Siddharta, Zoroaster dan yang lainnya hanya 'menyampaikan' berita baik, bukan memaksakan, mencederai, menyiksa apalagi menumpahkah darah atas dasar keyakinan?

"Tidak ada paksaan dalam agama!!!"

-fukocha-

radiofeeder mengatakan...

enough said,
yang hanya bisa dilakukan adalah menjamin diri sndiri bsa masuk surga,tnpa masuk neraka..

way to go bu!
*applause

Anonim mengatakan...

hahahaha..
www.sosiologilakali.blogspot.com

afinitas itu terus berkembang..

Radith Prawira mengatakan...

e perempuan hina! piss..
he4..l xp g jln2 ktm blog lo..
banyak ya yg ngangkat isu ahmadiyah ini ke dalam tulisan,, utamanya ttg kebebasan beragama.. maen2 dnk fra..

Gadis Ranty mengatakan...

well well..spertinya ibu yg satu ini jadi ketularan ikut2an heboh soal ahmadiyah..ya gitu lah Fra..lu ikutan milist JP dong, di situ gw mpe marah bgt loh, ive said that, FPI itu adh sgolongan kaum abad kegelapan yg mesti berhadapan ma qta2 dr abad pencerahan dan postmo..pola pandang berbeda mengakibatkan communication breakdown..pdhl kl diliat2 esensi kehidupan ini apa sih?! esensi agama itu apa sih?! khan menjaga dr kemunkaran dan mengarah pada kebaikan..knp smua orang kesannya terlupa dgn esensi dr agama itu sndiri ya..so, same like u..i often said that, John Lennon beneur bgt..kl agama mlh mnjd biang perpecahan manusia..lbh baik tak perlu ada agama..tp..back again..qt jg gak mau bener2 agama itu hilang dr muka bumi..agama itu masih diperlukan utk menjadi pegangan manusia...whatever kinds of religiosity they have..

 
design by suckmylolly.com