Day 20 If tomorrow never comes
Akhirnya hari ke-20 tiba juga tepat nanti jam 12 genap sudah 20 tahun saya ada di bumi ini. Jika tahun-tahun kemarin saya berangan-angan apa yang akan terjadi setelah umur saya bertambah, kali ini saya ingin berangan-angan jika hari esok tidak ada. Yup… saya berimajinasi andai saja tanggal 24 April lenyap dari kalender saya maupun anda. Otomatis jika tidak ada tanggal 24, saya tidak akan berumur 20 tahun. Kok bisa? Ya semua bisa saja terjadi dari yang paling buruk hingga yang paling baik.
Seandainya besok tidak ada, berarti saya ingin menjadi manusia pada umumnya. Saya lelah mencari tahu banyak hal karena semakin saya tahu kenyataan yang ada semakin membuat saya enggan untuk terus ada di sini. Saya ingin stop membaca buku terutama e-booknya Foucault. Saya tidak ingin menelusuri Archeology of knowledge. Kalau memang benar Knowledge is the power, saya tidak ingin memiliki power tersebut. Saya mau tutup mata agar tidak tahu bahwa unilever membakar habis hutan
Saya ingin berhenti menulis, simpan saja semua kata-kata di benak terdalam agar orang-orang di luar
Is it true? Apakah saya benar menginginkannya? Hahaha….percaya atau tidak, di mimpi saya pun bayangan itu tidak pernah hadir. Hehehe….jadi kenapa dong saya ingin jadi seperti orang kebanyakan?
Hmm… mungkin jika tanggal 24 tidak ada, itu berarti saya tidak akan pernah merayakan ulang tahun, saya tidak akan lagi berefleksi pada diri saya sendiri. Lebih jauh, saya semakin terasing dari diri saya sendiri karena saya berusaha sekali untuk diterima masyarakat, untuk hidup dalam sistem, kembali mereproduksi budaya yang ada, dan diam mengikuti apa saja yang ada. Alih-alih diterima di masyarakat, saya semakin jauh dari tujuan hidup saya.
Pertanyaan itu terus menghantui pikiran saya, “Am I on the right track?” sudahkah saya membuat keputusan yang tepat? Dulu saya selalu berpikir tentang keberhasilan, bahwa hidup ini seperti rencana pemasaran yang harus menciptakan strategi agar berhasil mencapai tujuan. Tapi saya tidak ingin bergabung dalam IMK (Ikatan Masyarakat Kapitalis) yang menganggap bahwa hidup itu persoalan gagal atau berhasil. Hidup saya bukan bisnis dan saya tidak pernah berjudi dalam mengambil keputusan. Sesulit-sulitnya perjalanan saya, saya tidak ingin kembali ke awal, apa yang ada tinggal saya nikmati saja. Misalnya besok tidak pernah ada, itu artinya akhir dari cerita saya adalah seorang gadis 19 tahun yang masih punya banyak hutang tugas dengan dosen dan teman sekelompok saya, masih belum mampu memahami orang yang saya sayangi, dan masih ragu akan jalan yang dituju. Afra adalah perempuan yang dengan semanngatnya memberi pemahaman yang beragam pada setiap orang yang dia jumpai, seorang anak sulung yang belum cukup membahagiakan orang tuanya, dan seorang kekasih yang memiliki banyak kekurangan. Andaikan waktu berhenti di hari ini, nama afra suci ramadhan akan diasosiasikan dengan kutu buku pembenci matematika, dan tiba-tiba..
“Breaking news” di sela2 menulis, dimdim menelpon dan zapp…..di bilang ada di depan rumah!!! Waduh! Segera tadi saya turun ke bawah, and he bring me present, a backpack that I’m dying to have, he warn me not to open it till he call me again. Geeeezzzz….i’m so speechless!! Mendadak gagu rasanya…Thanks a lot dimdim…U bring me plenty surprises that I always fascinated by them.
Ok lanjutt….
Afra diidentikkan dengan weezer, girl from mars (kata seorang teman yang beranggapan bahwa saya tidak memiliki sifat venus), pendengar musik2 aneh, menulis, jurnal perempuan, komunikasi UI (which I’m not proud at all), kuliner traveller, kenek metromini (karena saya hafal jalan dan angkutan umum di