"Kupu-Kupu Kebenaran"
Alkisah, ada seorang rabi yang terkenal mampu menjawab semua pertanyaan. Ya... semua pertanyaan. Kemampuannya ini sudah dikenal luas d
imana-mana. Ada seorang pemuda yang sangat ingin membuktikan bahwa rabi tersebut tidak sehebat yang dikira orang-orang. Ia lantas punya akal untuk menggagalkan popularitas Sang Rabi. Kemudian Ia menangkap kupu-kupu dan membawanya dalam genggaman. Ia mendatangi rabi tersebut denga
n niat menjebak beliau. Strateginya, dia akan bertanya pada Rabi apakah kupu-kupu di tangannya hidup atau mati. Jika Rabi menjawab hidup, Ia akan membunuh kupu-kupu dalam genggamannya, sebaliknya, kalau rabi bilang kupu-kupu itu mati, Ia akan melepaskan kupu
-kupu tersebut agar terbang bebas di depan muka Rabi. Saat Ia akhirnya bertemu dengan rabi tersebut, pemuda ini mulai bertanya,
"Wahai rabi yang tahu segalanya, menurutmu, kupu-kupu yang aku berhasil tangkap ini hidup atau mati?".
lantas apa jawaban Sang rabi?
Dengan bijak dan tak disangka-sangka rabi berkata singkat,
" Jawabannya ada di tanganmu, Nak..."
dan pemuda itu pun tertegun dengan tebakan rabi."
Saat isu Cicak vs Buaya menjadi semakin hangat, kisah rabi dan pemuda ini terlintas di kepala saya. Alih-alih ada yang membela KPK (Komisi Pembrantasan Korupsi), muncul perlawanan dari pihak lain, another KPK (Komisi Pembela Korupsi). Drama itu bertahap mencapai tingkat konfliknya. Saat Bibit & Chandra ditahan, kemudian disebar luaskannya rekaman hasil sadapan pembicaraan Anggodo CS, dibentuknya Tim 8 oleh Presiden, keterpojokan Susno, hingga reaksi Polri dan Kejaksaan Agung yang sudah berhasil mencapai Master Nge-Les tingkat tinggi. Semua dukungan diteriakkan untuk menjunjung tinggi kebenaran yang sudah jelas-jelas terkuak. Layaknya Star Wars, negeri ini bisa dibilang memasuki episode "The Society Strikes Back" ketika beragam lapisan masyarakat protes karena mulai lelah dengan Konspirasi Kakap bertulang teri ini. Selain menanti pengakuan jujur dari pihak-pihak "terkait", saya sangat menunggu statement panjang dan keputusan tegas dari RI 1 (seperti kode di pembicaraan telp Anggodo). Namun hingga saat ini, saya masih gregetan karena beliau belum melakukan sesuatu yang benar-benar "berarti". Akibatnya fatal jika drama terus berada di plot konflik, bisa-bisa nanti masuk ke episode "Revenge of The Shit". hehehe
Kembali ke kisah rabi di atas, nasib kebenaran dalam kasus bank century, Anggodo, Susno, and so on yang seperti benang merah tapi kusut ini seperti kupu-kupu di atas. Dan seperti jawaban rabi akan pertanyaan pemuda, Nasib kebenaran yang tersisa di negeri ini ada di tangan pemimpin kita. Jika Ia berani memberikan pernyataan yang jelas dan membuat keputusan yang tegas (copot dulu kek jabatan penguasa-penguasa kelompok "The Shit") saya dan pihak lain yang merasa jengah sekaligus 'panas' akan isu ini minimal akan merasa sedikit plong... Nggak asik dong kalau menonton film Ultraman pas adegan lawan musuh, eh... kekuatan si Ultraman yang habis nggak pulih-pulih lagi!?
Saya tahu menjadi Presiden tidak mudah, apalagi posisinya sempat diseret-seret dalam kasus ini. Mungkin beliau memiliki perasaan yang sama dengan Pemuda tersebut, Ia bingung akan membunuh atau melepas kupu-kupu tersebut karena Ia tahu bahwa strateginya untuk menyerang rabi sudah gagal. Si rabi terbukti tahu jawabannya...
Kita semua yang masih berpikir dengan logika pasti tahu jawaban atas semua ini. Kalau malas merunutkan kronologi atau takut menjadi komoditi TV karena mantengin tv seharian demi menyaksikan drama Cicak Buaya, kita bisa mulai bertanya pada diri sendiri.
Mana yang kamu anggap benar, membiarkan buaya terus berkeliaran menelan korban lebih banyak (bisa jadi korbannya kamu) atau memburu buaya-buaya tersebut agar kelak semuanya menjadi lebih baik (minimal anak saya atau kamu nanti bisa hidup aman sejahtera)???
Apa yang akan kamu lakukan jika menjadi pemuda itu? Membunuh kupu-kupu dalam genggamanmu karena kesal pada rabi? atau menunjukkan bahwa kupu-kupu itu hidup dan masih bisa terbang bebas, sehingga rabi bisa tersenyum menatapmu?
It's all in Your hands....