Kamu begitu cinta dengan sepatu nike yang limited edition itu?
Kamu merasakan nikmatnya frapucinno caramel dengan teman-teman di Starbucks saat itu?
Kamu mengidamkan cincin berlian dengan emas putih lebih dari 4 karat saat pernikahanmu nanti?
Kamu dengan bangganya memasuki gerai GAP di PIM 2 untuk membeli sebuah sepatu flat dengan harga Rp 550.000/pasangnya?
Kamu menganggap Shell telah menyelamatkan mesin mobilmu dengan bahan bakarnya yang 'katanya' berkualitas tinggi?
Kamu selalu nongkrong di restoran cepat saji 24 jam setelah lelah mengunjungi sebuah acara untuk mencicipi beef burger terenak itu?
Kamu sanggup membayar resep dokter yang kamu tebus dengan harga Rp 24.000/tablet (dan kamu harus membeli 10 tablet agar 'sembuh')?
Kamu percaya bahwa sepatu conversemu adalah lambang perlawanan dan sepatu doc martenmu menjadikanmu bintang di tengah pergaulanmu?
Kamu tidak pernah absen makan nasi yang berasnya diimpor dari Thailand setiap harinya?
Kamu merasa nyaman di dalam mobil honda jazzmu meskipun kota ini sudah terlampau macet?
Kamu menyetujui kata ustadz bahwa perempuan harus dimuliakan dengan membuatnya tetap di dalam rumah, menutup auratnya, mengurus anak dan suaminya. dan tetap berada di belakang suaminya?
Kalau kamu menjawab ya dan mungkin dalam frekuensi yang sering, berarti kamu harus berdoa agar mereka tidak tahu apa yang kamu lakukan itu.
Mereka siapa? Mereka adalah...
Para demonstran di berbagai belahan dunia yang setengah mati berjuang agar perdagangan bebas (free trade) itu tidak akan pernah ada (walaupun sedang berjalan), Globalisasi itu hanya mimpi, dan korporasi itu lebih bau dari kentut.
Para buruh pabrik sepatu kebanggaanmu yang dibayar sangat rendah itu tidak penah tahu apa itu Nike Dunk atau Air Force, seberapa mahalnya sepatu itu padahal hanya untuk menginjak kotoran atau puntung rokok, dan betapa anak yang membelinya tidak pernah mau tahu darimana sepatu itu berasal. Pitty enough huh?
Para warga di sekitar daerah pertambangan yang harus rela keracunan secara tidak sadar dan tidak pernah mengenyam pendidikan setinggi kalian karena harga berlian dan minyak itu tidak menolong keseharian mereka.
Para pembela penurunan harga produk farmasi bagi negara berkembang yang harus bertarung dengan perusahaan farmasi besar seperti pfizer agar para penderita aids, kanker, dll di seluruh dunia (terutama negara2 macam kita) bisa cepat ditolong.
Para petani yang harus rela anaknya hanya sekolah sampai SD dan meneruskan jejaknya karena mahalnya pendidikan, ditambah gempuran komoditi impor yang membuat hidupnya semakin sulit hingga tidak bisa makan-makanan bergizi padahal mereka yang menanam padi.
Para pohon yang tidak sempat merasakan nikmatnya air hujan lebih lama lagi karena mesin gergaji itu terus memangkas dan menggunduli tempat mereka berpijak.
Para partikel udara segar yang harusnya kita hirup sehingga tubuh kita jarang sakit, tidak cepat stress, dan menaikkan mood kita saat sumpek.
Para penjual pecel lele dan ayam di pinggir jalan yang sudah berusaha menyajikan makanannya lebih cepat tapi ternyata tidak secepat di Mcd.
Para feminis yang selalu menagih hutang peradaban yang dihasilkan oleh kaum patriarki yang berlindung di balik kata dosa , ayat-ayat suci tanpa cinta, adat istiadat, bahkan konstitusi demokrasi.
Apa yang melintas di pikiranmu?
Kenapa diam saja?
Mereka sudah mengorbankan dirinya demi kenyamanan hidupmu, lantas apa yang sudah kamu lakukan demi keberlangsungan mereka?
Kalau kamu membuka mata dan peduli dengan mereka, kita pasti bisa menciptakan dunia yang lain dari sekarang.
Saya, Dia, dan Mereka percaya pengorbanan tidak sia-sia, Bagaimana denganmu?
Let's do something,
Let's believe
We're slow but steady and we're gonna win the race...
*Tulisan ini adalah buah lamunan dini hari si penulis.
Kehidupan lintas batas perempuan rural jauh dan apropriasi media selular
3 bulan yang lalu