Senin, 12 Oktober 2009

Next Big Thing: The Porno

Getting Premature...





video credit

record   : Sinjitos
director: Dibyokusumo
Editor   : Dimas Agung Sedayu (Yup, its dimdim!)
Visual   : Ika Putranto 

Anything attached with Porn always perceived as the contrary or subject on the matter of negative influences. But every meaning doesn't stand for absolute interpretation. The Porno (porno: porn in bahasa) may emerge along with controversy, yet they exist to deconstruct the word. 
Their performance might not be associated with obscene images or actions. The Porno is only take the controversial advantage of Pornography. They indeed, share similar obscurity. Just listen to their music, and let your mind explore the subliminal meaning inside it. 


COMING OUT SOON

Debut Album from The Porno




Jumat, 02 Oktober 2009

Perahu Kertas yang Berlabuh


"Dreaming is Free"


Blondie - Dreaming


Semua orang pasti pernah bermimpi dan mengkhayal entah di siang bolong atau di alam bawah kasurnya (bawah sadar). Katanya kekuatan mimpi itu dahsyatnya minta ampun, lewat aktivitas yang satu ini jutaan temuan dan karya hebat telah dihasilkan. Namun dikotomi mimpi dan kenyataan seringkali menyudutkan mimpi di kutub yang negatif dan sebaliknya. Kita merasa ada perbedaan antara realita yang ada dihadapan muka sebagai kenyataan. Mungkin keutamaan pengalaman empiris ini yang menjadikan manusia modern meletakkan batasan tersebut. Kita belum yakin kalau belum lihat sendiri sesuatu itu ada di depan mata pada saat real time. Padahal untuk percaya tidak harus mengada


Kesan inilah yang mampir lama di pikiran saya saat membaca novel terbaru Dewi Lestari yang berjudul Perahu Kertas. Saya tidak menyesal merelakan isi dompet yang menipis untuk membawa buku ini pulang. Selain karena Dee (sapaan Dewi) menjadi penulis favorit banyak orang termasuk saya, buku ini buat saya statusnya it's complicated. hehehe Gaya bahasa dan bertutur Dee memang juara, dia nggak basa basi dan sok lucu jadi bisa bikin kita senyum-senyum sendiri kaya baca komik serial cantik. Tapi kedalaman makna dalam menjalin kalimat serta deskripsi perasaan tokohnya juga membuat 'perasaan' novel ini menjadi sangat kentara. Meskipun di beberapa bagian, perasaan cinta tokoh-tokoh utama dideskripsikan agak berlebihan hingga terdengar begitu cheesy. Dee juga selalu berhasil membangun karakter tokoh-tokohnya lewat atmosfir dan persona yang jelas. Kita jadi kebayang banget deh orangnya kaya gimana, aliran musiknya apa, gaya pakaiannya seperti apa, suka & nggak sukanya apa, kira-kira tipe cowonya kaya apa, dsb. Yang agak saya sesali hanya beberapa deskripsi yang seakan membuat tokoh-tokoh utama sempurna. Cewek cantik yang nggak sok cantik disukai cowok blasteran yang digebet cewek stylish tajir, dan harus bersaing dengan esmud (eksekutif muda) ganteng dan bintang basket sekolah. hehehhe Nah, di satu sisi, di situlah hebatnya Dee, dia menceritakan tokoh-tokoh yang too good to be true itu ke dalam cerita yang so true alias kita banget. 


Dee mencoba untuk bercerita tentang dua manusia yang punya mimpinya masing-masing tetapi saling bertautan. Dua orang yang begitu klop  dan satu frekuensi berusaha untuk tetap bisa bermimpi, meraih mimpinya, ataupun hanya sekedar percaya bahwa mimpi itu tetap ada. Banyak pelajaran yang dipetik dari buku ini, itu udah pasti, tapi kalau menemukan pandangan hidup baru, itu yang istimewa dari efek samping buku ini. Nggak tahu kenapa, karakter dan tantangan tokohnya begitu familiar bagi saya dan hal ini bisa saja dirasakan oleh pembaca lain. Kadang-kadang ada beberapa bagian dan kebutulan yang sinetron banget. Tapi bukankah itulah hidup? Life always seems like the movie and we never stop to make scene. Mengikuti kisah persahabatan dan roman dalam buku ini menyadarkan kita, warga dunia realita, untuk sering-sering menengok rumah kita di dunia mimpi dan sebagai manusia, pintu maaf itu memang harus selalu dibuka sekaligus dihampiri. 


Buku ini membuat semua pilihan menjadi mungkin, tidak seperti buku kebanyakan yang minim percobaan jalan hidup dalam alurnya. It's definitely bittersweet symphony. Kita jadi dibuat berpikir apa yang akan terjadi dengan pilihan ini lalu apa yang terjadi jika si tokoh mengambil pilihan itu. Terkadang realita menjadi distorsi dalam perjalanan panjang mencapai cita-cita atau impian dan buku ini seakan menginformasikan ke saya 'nggak papa kok kalau capek di perjalanan, trus mau coba dulu jalan lain, tapi jangan pernah lupain tujuannya yaa...!'. Perjalanan meyakini impian masing-masing tokoh ini buat saya justru lebih menarik daripada konflik percintaannya sendiri. Meskipun percintaan itu menjadi esensi utama dari impian-impian tokohnya. Nggak perlu jadi schizophrenic untuk menghilangkan batasan khayalan dan realita hanya butuh percaya, begitulah nampaknya. 


Dee juga nggak pernah lupa menambahkan bumbu-bumbu yang membangun kesan cinta platonik di antara dua tokoh utamanya. Dan unsur inilah yang paling saya suka dari kisah cinta versi Dewi Lestari. Romantismenya nggak berlebihan tapi daleeem...! Kocak sekaligus bikin senyum-senyum kege-eran. hehehehe Yang jelas buku ini memang perlu dibaca, apalagi kalau sedang ingin melemaskan syaraf otak yang terlalu sering diterpa realita. Sedikit bocoran, terus terang saya tidak terlalu suka endingnya, soalnya nggak sesuai ekspektasi saya..hehehhe tapi ini murni subyektif kok, jangan jadikan bahan pertimbangan. 


Perahu kertas bisa mengarungi ombak yang tidak menentu, arah angin yang samar, bahkan Ia sempat ditinggal nahkodanya, sampai akhirnya mencontoh Jack Sparrow, Ia melabuhkan perahunya dimana si perahu ingin berlabuh. Saking tenggelam dalam ceritanya, saya sampai bikin mixtape untuk menjadi latar belakang beberapa bagiannya. Mungkin bisa dicoba sambil dengerin biar makin menghayati...hehehe Kan katanya mau dibikin filmnya, nah kira-kira siapa ya yang pantes jadi pemerannya? kalau di kepala saya, si Keenan itu Fachri Albar tapi kalau si Kugy, belum kepikiran. Anyway, salut buat Dee untuk novel barunya!




Mixtape Perahu Kertas


- Sigur Ros- - Hoppipolla (bagian akhir)

- Culture Club - Karma Chameleon (bayangin Kugy nih pastinya)

- Lightning Seed - I wish I was in love (Antara Kugy & Remi)

- Blondie- Dreaming (mimpi-mimpinya Kugy & Keenan)

- Lisa Hannigan - lille (mengiringi perahu-perahu kertasnya) 

- Depeche Mode - free Love (perasaan Keenan & Kugy)

- Sade- By your Side (Pas Kugy & Keenan ketemu lagi)

- Regina Spektor - Fidelity (kalau Kugy inget Keenan terus)

- Rebecca - Satu Waktu-  'pernah jadi OST, Janji Joni' (Saat Kugy membuat keputusan karirnya)

- Iggy Pop - Never met a girl like you before  (pas Keenan ketemu Kugy)

- Feist - The limit to your love (Kebimbangan Keenan & Kugy)

 
design by suckmylolly.com